TP-PKK Kota Metro, Silfia Naharani menyambangi kediaman seorang pelajar yang nyaris putus sekolah
Metro – Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) Kota Metro, Silfia Naharani menyambangi kediaman seorang pelajar yang nyaris putus sekolah, dan hanya tinggal bersama neneknya yang berstatus janda lansia di Jalan Sumbawa V, Kelurahan Ganjarasri, Kecamatan Metro Barat.
Silfia Naharani mengatakan, kedatangannya ke kediaman Ibu Ngatirah dan Panji Noviyanto itu bertujuan untuk mengetahui dengan pasti, bagaimana kondisi keduanya.
“Ya, jadi saya ke sini, bersama dengan Bu Ace Yuliawati, kami memastikan kondisinya, karena mereka ini dikabarkan belum pernah menerima bantuan dari pemerintah,” kata Silfia, Selasa, 29/8/2023.
Selain memastikan kondisi Ngatirah dan Panji secara langsung, Ketua TP-PKK Kota Metro juga memberikan bingkisan sebagai buah tangan.
Mengenai kondisi Ngatirah. Wanita berusia 70 tahun itu terlihat tampil sederhana, menyambut kedatangan isteri Wali Kota Metro dengan senyum simpul dan ekspresi wajah yang tampak begitu ramah. Meski statusnya sudah tak lagi bersuami, Ngatirah tetap terlihat energik dan bersemangat mengais rezeki demi memenuhi kebutuhan sehari-hari bersama dengan cucunya, Panji Noviyanto, remaja laki-laki berusia 13 tahun.
Sementara itu, status Panji sendiri tidak kalah menyedihkan dibandingkan neneknya. Dia harus tinggal berdua dengan neneknya lantaran ibu kandungnya telah wafat sejak 2015 silam, sedangkan ayahnya pergi meninggalkannya begitu saja sejak Panji usia balita, dan sampai saat ini tak pernah sekalipun datang, meski hanya sekadar menjenguknya.
Malang tak bisa ditolak, untung tak dapat diraih. Kepahitan hidup yang Panji alami bak gayung bersambut. Musababnya, beberapa waktu lalu Panji nyaris saja putus sekolah dikarenakan tidak mampu melunasi biaya pendidikannya di salah satu sekolah swasta di Kota Metro.
Salah seorang kerabat Panji, Abid Bisara mengaku sedih dengan kondisi sosial ekonomi adik sepupunya itu. Akibat dari ditolaknya Panji untuk meneruskan pendidikan di sekolah sebelumnya, dia harus tinggal kelas.
“Ya sedih lah, itu adik saya. Dia harus tinggal kelas, karena sekolah sebelumnya enggan membinanya, dengan alasan Panji itu memiliki kepribadian yang bodoh dalam pelajaran. Panji juga sempat terhambat untuk masuk ke sekolah yang baru, akibat dapodik tertahan di sekolahnya yang lama, karena memang ada persoalan biaya yang belum terselesaikan,” kata Abid.
“Saudara-saudaranya sudah berupaya berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan, lewat Kepala Dinas Pendidikan dan Kabid Pendidikan agar mendapatkan penangguhan biaya. Tapi ya sampai satu bulan ini, belum ada bantuan dan kejelasan juga dari dinas terkait,” sambungnya.
Mengingat kondisi Panji yang hanya tinggal berdua dengan neneknya, Ngatirah yang berstatus janda lansia tersebut, Abid berharap Pemkot Metro dapat ikut serta dan turut andil memberikan solusi atas permasalahan tersebut.
“Ya mengingat Panji dan neneknya dalam kondisi yang serba kekurangan, saya harap pemerintah bisa turun tangan lah. Kami keluarganya yang ada ini, juga tidak bisa berbuat banyak dengan keterbatasan kami,” keluhnya.
“Untung saja beberapa hari lalu itu ada donatur yang membantu, sehingga anak yatim itu akhirnya bisa kembali sekolah, meski harus kembali mengulang di kelas VII,” tandasnya.**